Pelayanan Konsumen Listrik - Daerah Airmadidi, Minahasa Utara. (Artikel ini dalam bahasa Indonesia bercampur bahasa Manado)

Mati lampu - pemadaman listrik bergilir atau orang manado bilang " Mati Strom", sudah menjadi hal yang (mau tak mau) biasa, di Manado dan sekitarnya.
Sudah beberapa bulan terakhir hal ini terjadi.
Bisa berjam-jam, tiba-tiba padam lalu tiba-tiba menyala.
Perusahaan terkait sudah cukup baik untuk mengumumkan via media baca lokal.

Belum lagi, listrik padam gara-gara musim berangin sekarang yang menumbangkan pohon di beberapa lokasi.
Efeknya? tentu saja pemadaman lagi.
Sudah untung kalau pihak terkait langsung bergerak cepat untuk menangani.
Sayangnya, hal itu tergantung dari kepedulian masayarakat sekitar lokasi itu untuk melaporkan kejadian ke PLN, agar dapat ditangani.

Hal ini sedikit banyak mirip dengan kejadian di lokasi perumahan tempat saya tinggal.
Perumahan yang sudah cukup lama beroperasi ini, bisa dibayangkan betapa carut marutnya instalasi dan jaringan listrik dari rumah ke rumah.
Dalam hal ini, saya tidak sedang membahas mengenai sistem kerja sama PLN setempat dengan developer perumahan kami.

Kali ini, mengenai cara berkomunikasi dari petugas lapangan mereka.

Sejak hari minggu malam 13 Juli 2014, listrik di beberapa rumah sekitar blok perumahan tempat tinggal saya mengalami pemadaman listrik yang kata mereka karena ada sambungan kabel yang putus.
Berhubung listrik yang mengalir ke rumahku sudah jalur yang berbeda, maka listrik di rumahku tetap aktif.
Besoknya, Senin 14 Juli 2014 datang beberapa petugas yang (kayanya) dari PLN.

Saya bilang "kayanya" karena kendaraan yang mereka pakai tidak ada atribut resmi PLN, dan staf lapangan mereka juga tidak tampak mengenak atribut apapun yang berkaitan dengan PLN.

Setelah mengecek sana - sini, mungkin untuk mencari sumber permasalahannya seorang staf mereka lewat di depan kami.
Kami, dua IRT yang sedang duduk bersama dan bertukar gosip terbaru (hahahahaha).
Tanpa permisi atau sekurang nya mengucap salam "Selamat Siang" atau apapun, orang ini celingak celinguk di depan beberapa rumah, termasuk depan rumah ku. (saya sedang numpang nongkrong di teras tetangga di depan rumah saya)
Kami berdua lalu memutuskan untuk beramah tamah dengan membantu memberi keterangan mengenai rumah-rumah mana saja yang jalur listrik nya sama dengan jalur yang mengalami mati lampu, dan rumah mana yang tidak.

Hebatnya, si orang ini malah bukan berterima kasih atau sekurangnya mengatakan maksud dan tujuannya celingak-celinguk, malah menatap kami berdua dengan tatapan merendahkan dan hanya bilang :"oh bukan itu yang saya cari"
Setelah kami diamkan, akhirnya dai memang balik lagi dan bertanya mengenai informasi yang barusan kami terangkan (dia ini tuli apa bodoh yaa?)
Setelah kami terangkan kembali, eh dia malah tertawa sinis dan bilang: "Iyaaaa, saya tau yang itu,,saya yang pasang koq instalasinya"
Terus terang saya mulai marah.
Apalagi, ketika dia hendak membuka percakapan, dia awali dengan "Heh,.."

"HEH"?????
Dipikirnya saya/kami ini siapanya, untuk disapa dengan HEH...
Saya langsung bilang:" Kamu bisa sopan tidak? Jangan heh - heh begitu. Kamu pikir saya ini siapanya kamu?"

Dia hanya buang muka dan melenggang pergi mengutak atik meter listrik sebuah rumah.
SANGAT TIDAK SOPAN.
Meski rumah itu kosong, sekurangnya dia bisa bilang:" Maaf ya Ibu, saya permisi mau periksa listrik di rumah ini. Siapa tahu, dari sini sumber masalahnya"
Dia sama sekali tidak bilang apa2.

Lantas, pergilah dia ke rumah yang satu lagi, melewati depan rumahku.
Sepertinya dia tidak tahu kalau rumah yang sedang di lihatnya adalah rumahku. Begitu dilihatnya dari luar, ada tanda2 listrik menyala di rumah ku, dia lanjut ke rumah yang sebelah lagi (Kan sudah kubilang dari awal, kalo listrik rumahku itu beda jalurnya. Apa dia bodoh atau memang tidak perduli yang orang lain bilang)

Rumah sebelahku yang satu ini, juga sama-sama kosong.
Bedanya, rumah ini dikelilingi pagar yang cukup tinggi.
Dan tepat seperti dugaanku, meski dia tahu kalo kami berdua sedag menatapi dia, tanpa permisi atau tanya2 tentang rumah itu, dia main loncat pagar dan menyuruh temannya untuk mengambilkan tangga.
BENAR-BENAR TIDAK SOPAN.
Itu rumah saya, (well, tepatnya rumah mertua sih,tapi kami yang bantu jagain)

Apa di kantornya atau waktu sekolah atau waktu kecil dulu tidak pernah diajari SOPAN SANTUN atau TATA KRAMA?
Jelas lah saya tambah murka, dan langsung mengarah ke rumah itu.
Saya bermaksud bertanya, mau bikin apa disitu dan sekaligus mengingatkan untuk hati-hati karena kabel jaringan listrik di rumah saya, melewati bubungan rumah itu.
Memang karena kekurangpahaman saya, sehingga berusaha mengingatkan. Mana tahu dia salah, dan justru mengutak-atik kabel listrik yang mengalir ke rumah saya.

Dan, harusnya saya sudah tahu bagaimana dia akan bereaksi.
Yup, dia menjawab dengan sangat meremehkan: "Heeh, ibu pe kabel napa, yang dibawah ini. Qt kwa mo kerja laeng, bukang itu."

Saya skip beberapa adegan..

Lanjut.
Saya datang mendekat ke arah mereka dan bilang:
"Soal kabel2 dan listrik, saya memang tidak tahu. Kalau kamu lebih tahu, itu sudah kewajiban kalian yang bekerja untuk itu. Tapi, pakai sopan santun. Kamu tadi loncat pagarm nanya2 dulu tidak, siapa pemilik rumah? Kamu tidak tahu, kalau rumah ini dan rumah sebelahnya adalah rumah saya. Dan satu lagi, kamu pikir saya ini siapa kamu untuk di sapa dengan "HEH..", Kamu lebih tahu soal listrik, itu memang kerjaan kamu. Tapi kalau bicara, pake sopan santun, pake otak."

Di sampingnya ada bapak2, yang entah atasannya atau siapanya, tapi yang saya tahu beliau ini turun dari mobil yang sama dengan si tidak tahu tata krama ini.
Dan dia hanya diam saja, tidak bilang apa2. Tidak membela rekan kerjanya, tidak juga mencoba menenangkan atau bahkan menegur saya.

Yang saya sesalkan, kenapa orang2 ini sama sekali tidak punya tata krama. Tidak ada sopan santun sedikit pun.
Jangan beralasan "oh, kami kan petugas lapangan saja. Lebih banyak berinteraksi dengan tiang listrik, kabel2 dan benda mati lainnya"
Lagipula, menyombongkan diri di depan saya kalau dia petugas hebat di PLN? hellowww, koq kamu bekerja tanpa Safety Equipment? Tidak pakai pelindung apapun.
Kamu sudah yakin, tidak akan mati kesetrum?
Kamu sudah yakin, tidak akan jatuh dari atap rumah?
Kamu sudah yakin, tidak akan kakimu tertusuk benda tajam?
Hebat sekali orang hebat ini, menyombongkan diri padahal justru menampilkan betapa bodoh dan bebal nya dia.

Saya tidak bisa berharap apa2.
Kalau dia memang sudah dari sononya bodoh dan bebal, saya hanya bisa berharap suatu saat dia mendapat pelajarannya.

Entah kapan


Comments

Popular posts from this blog

The Parable of Pencil (By Dwijat Tustiono)

Why Should I Write?