Anti Corruption Day (in Bahasa Indonesia)

Hari ini, Bangsa Indonesia menghayati suatu hari yang diberi judul: Hari Anti Korupsi

Dan, lihat saja-dengar saja,
Sejak Matahari berarak ke Langit, telah berkumpul segenap manusia
Dengan sepotong kertas atau kain, bertorehkan segala bentuk tulisan, dalam gradasi warna beranekan ragam.
Dan dengan siratan makna yang bermacam pula: Memohon, mengingatkan, mendukung, mendorong, menuntut, memaksakan, dan ada yang mungkin mengancam...

Ah, Bangsaku, Negeriku, Ibu Pertiwiku, Pahlawan-pahlawanku, Ah Guruku, ah Penciptaku
Seperti inikah generasi yang ingin kau ciptakan?
Inikah manusia yang kau berikan Akal Budi dan Nurani?
Inikah ciptaan-Mu yang termulia, kesayanganMu?

Begitu mudah dan nyata mata mereka melihat dan menunjukkan dengan tepat, letak sebutir pasir dalam mata orang lain...
Tetapi teramat sangat sulit, mata mereka masing-masig untuk melihat bahkan bayangan saja, Sebongkah Kayu sebesar Gajah, di mata mereka sendiri??

Begitu lancarnya, kritikan, sumpah serapah dan hinaan terhadap orang lain, keluar dari mulut orang-orang itu..
Tetapi, tidak sedetik pun, berani dan jujur melihat kedalam diri sendiri dan berintrospeksi...

Korupsi...
Bangsaku menderita karenanya...
Tetapi, Demo dan kekerasan tidak akan pernah mengurangi itu...
Mengapa meminta seseorang untuk melakukan sesuatu kehendak kita atas nama kesusaha orang lain?

Lebih mudah mengkritik dari pada memberi saran yang positif..
Lebih mudah menghina daripada memberi pujian..
Lebih mudah menyalahkan daripada mengoreksi..
Lebih mudah merendahkan daripada mengakui..
Lebih mudah menyombongkan diri daripada menghargai..

Terlalu sulit untuk mengakui kelemahan dan kesalahan..
Terlalu sulit untuk meminta maaf..
Lebih sulit lagi untuk memberi maaf..
Terlalu sulit untuk mengucapkan terima kasih..

Korupsi...
Demo saja tidak akan merubah apapun...
Tidakkah terpikir akibat negatif-nya?

Macet= dan mereka yang terlambat ke kantor, memberi alasan "Saya terlambat karena ada demo"
hasilnya?= korupsi waktu dan pekerjaan

Macet= dan mereka yang sekolah/kuliah terlambat
hasilnya?= ketinggalan pelajaran, terlambat lagi, korupsi waktu juga...

Macet= dan mereka yang berbelanja ke pasar terlambat memasak
hasilnya? yang punya majikan; kena marah, yang punya anak; terlambat memberi makan, yang punya usaha restoran; terlambat buka usaha - pelanggan pergi - usaha rugi...

Terpikirkah semua itu?

Lalu bagaimana dengan pendemonya?
Manusia yang masih menimba ilmu...
Lebih memilih untuk berkumpul dengan sesama manusia lain, mengusung spanduk-papan dan berbicara melalui pengeras suara, menuntut didengar-dipatuhi-diikuti..meminta hak..
Lantas, bagaimana dengan kewajiban mereka sendiri??
Padahal mereka sendiri sedang melakukan korupsi...

Bagaimana bisa?
-. Karena demo, tidak masuk kuliah/kelas...Padahal sudah membayar uang pendidikan..
Bukankah memberi kesempatan para pendidiknya untuk tidak mengajar padahal sudah dibayar?
Dirinya sendiri tidak menghormati kewajibannya, tetapi merasa paling tahu dalam mengingatkan kewajiban orang lain..
-. Karena demo, tidak masuk kerja..Padahal gaji tetap dibayarkan,,,bukan kah itu korupsi juga???

Ah, begitu rumit..mataku sampai sakit melihatnya..
Aku masih buta dengan politik Negeri ini..
Apalagi aku harus memakai kacamata, makin kaburlah...

Aneh...
Menuntut sesuatu untuk dilaksanakan sesuai hukum, dirinya sendiri sedang melanggar hukum...
Meminta dihormati,,,tetapi dirinya sendiri tidak menghormati orang lain...

Menyuruh orang lain melakukan apa yang dituntutkan, dirinya sendiri tidak melakukan kewajibannya...
Meminta...tetapi TIDAK pernah memberi...

Menuntut seseorang untuk melakukan ini dan itu,,
Ah, mereka hanya melihat dari sudut mata sendiri yang sempit
Apa mereka pernah berpikir, Bagaimana mereka bisa bertindak jika mereka ada di posisi orang itu?
Ah, pasti mereka berkata,,," Aku akan melakukan ini dan itu, seperti yang kami tuntutkan"
hhh, lihat dulu situasi dari poisi dimana dia berdiri..
Kita belum pernah merasakan apa yang saat ini dirasakan beliau..
Beliau memiliki banyak pengalaman dalam berpikir dan bertindak, sehingga tentu saja mengetahui apa yang perlu diperbuat..

yang menuntut itu..?
Disaat harus belajar saja tidak ada, diberi kesempatan untuk belajar memahami, tapi memaksakan diri untuk bertindak??

Perbuatan tanpa Iman adalah Dosa
Iman tanpa perbuatan sama saja dengan Kosong...

Maafkanlah anak kecil ini, yang menilai tanpa kemampuan dan ilmu menilai
(Toh banyak orang, yang dengan bangga meyebut diri Pengamat Politik/Pakar Ini-Pakar itu, padahal hanya teoretis saja, tidak pernah secara nyata mengalami dan melakukan sesuatu)

Maafkanlah anak buta politik ini, yang mengingatkan orang-orang berilmu
(Toh banyak orang, yang dengan uang mampu menambahkan imbuhan ini-itu di belakang namanya, memiliki gelar sarjana ini-itu padahal otaknya lebih kosong dari rumah kerang)

disclaimer:
tulisan ini, adalah milik pribadi dan berdasar pemahaman pribadi yang terbatas.
Jika ada pihak yang tersinggung, coba baca kembali; tidak ada nama yang diketik
Jika ada pihak yang merasa terkait, bersyukurlah karena masih punya perasaan dan kesempatan untuk berubah..
Jika ada tuntutan hukum, atas dasar apa?
toh, tidak kusebutkan sesiapapun, tidak kulecehkan siapapun, tidak kujelekkan nama "baik" seseorang..

thanks

Comments

Popular posts from this blog

The Parable of Pencil (By Dwijat Tustiono)

Why Should I Write?